UGM Meminta Maaf Atas Penanganan Kasus Pemerkosaan Yang Lambat


Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono pada hari Jumat 7 Desember 2018, meminta maaf kepada masyarakat atas lambatnya penanganan kasus kekerasan seksual yang melibatkan dua siswa baru-baru ini yang menempatkan universitas terbaik di bawah sorotan nasional.

Pimpinan UGM mengakui bahwa penanganan kasus ini lambat dan UGM meminta maaf untuk itu, kata Bapak Panut Mulyono dalam konferensi pers di Yogyakarta.

Selama konferensi pers, Pak Panut menghindari menyebut kasus perkosaan atau percobaan perkosaan, menunggu konsultasi dengan penasehat hukum dan anggota komite etika.

UGM mengakui bahwa budaya menyalahkan korban adalah salah satu alasan di balik lambannya kemajuan dalam memenuhi hak-hak korban, tambahnya.

Pada 5 November 2018, majalah mahasiswa UGM, Balairung, menerbitkan laporan investigasi berdasarkan kesaksian seorang siswa perempuan dengan nama samaran Agni yang mengatakan seorang rekan sepelatihan telah menyerangnya selama tugas pelayanan masyarakat di sebuah desa Maluku pada tanggal 30 Juni 2017.

Tersangka pelaku, seorang mahasiswa teknik, telah menyelesaikan gelar sarjana sambil menunggu upacara kelulusan.

Pak Panut lebih jauh menyesalkan dampak lambatnya penanganan kasus ini pada kemajuan psikologis, keuangan dan akademis baik penuduh maupun terdakwa.

Selama konferensi pers, sekelompok siswa berpartisipasi dalam rapat umum, memegang poster yang memuat pesan seperti #kitaAGNI. Aku mengawasi kamu!

Permintaan maaf resmi universitas dilakukan setelah perwakilan gerakan #kitaAGNI bertemu dengan para pemimpin UGM pada akhir bulan November 2018.

Tidak ada komentar