Apa Itu Pasca Islamisme? Sandiaga Uno Binggung Dengan PKS Yang Menyebut Post-Islamisme


Sandiaga Uno selaku Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta sekaligus Calon Wakil Presiden dan seorang pengusaha mengakui bahwa dia tidak tahu apa yang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bicarakan ketika itu menggambarkannya sebagai era santri pos-Islamisme (seorang Muslim yang taat di era pasca-Islamisme).

Dalam upaya nyata untuk menenangkan konstituennya setelah Ketua Umum Partai Politik Gerindra Bapak Prabowo Subianto sekaligus Calon Presiden tiba-tiba mengangkat Sandiaga Uno dan seorang anggota senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres), partai berbasis Islam dengan cepat label Sandiaga Uno yang menghadiri sebuah sekolah Katolik, seorang santri (Muslim ortodoks) sebagai lawannya.

Itu adalah pertama kalinya saya mendengar istilah post-islamisme, karena saya tidak pernah menghadiri pesantren,” katanya saat pertunjukan di sebuah acara TV pada hari Rabu malam, mengacu pada malam pencalonannya.

Istilah pasca-Islamisme sebenarnya adalah istilah yang diciptakan oleh sosiolog Iran, Asef Bayat, untuk secara kasar menggambarkan generasi baru Muslim, muda dan makmur yang dengan mudah memadukan nilai-nilai Islam dan budaya populer.

PKS dalam upaya putus asa untuk menjual pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai tiket nasionalis-religius, percaya bahwa Pak Sandiaga Uno adalah anak laki-laki poster pasca-Islamisme di Indonesia. Langkah semacam itu mungkin dipicu oleh keputusan Presiden Joko Widodo atau yang akrab disapa Pak Jokowi untuk menyebut nama Ma'ruf Amin sebagai pendampingnya, bisa dibilang ulama paling berpengaruh di negara itu.

Tetapi Sandiaga Uno mengatakan ia bingung dengan istilah itu, meskipun ia mengklaim bahwa ia telah bekerja dengan pengusaha santri (di bawah pimpinan Nahdlatul Ulama).

Dia berkata ketika pemimpin PKS Pak Sohibul Iman menyebutkan istilah itu, saya bertanya-tanya apa itu.

Tidak ada komentar