Lebih Dari 500.000 Warga Kalimantan Barat Menderita Penyakit Pernafasan


Sebanyak 504.000 penduduk di Kalimantan Barat, terutama untuk anak-anak, menderita penyakit pernapasan karena kabut asap dari kebakaran hutan, menurut Inspektur Jenderal Bapak Didi Haryono, kepala Kepolisian Kalimantan Barat. Selain itu, ada kerugian keanekaragaman hayati dan ekonomi karena banyak penerbangan internasional dan domestik dibatalkan di beberapa bagian Sumatera dan Kalimantan, katanya, pada hari Sabtu, 28 September 2019.

Kerugian ekonomi di Indonesia mencapai Rp220 triliun karena kebakaran hutan di enam provinsi, termasuk Kalimantan Barat, tambahnya.

Di Kalimantan Barat, yang memiliki area perkebunan yang luas, orang-orang yang tidak bertanggung jawab membuka lahan untuk perkebunan dengan membakar mereka.

Jumlah hotspot di Kalimantan Barat pada bulan Agustus 2019 mencapai 7.655. Jumlahnya meningkat menjadi 15.767 dari tanggal 1 hingga 23 September, dengan Kabupaten Ketapang memiliki jumlah titik panas terbesar, yaitu 8.652.

Pada tanggal 24 dan 25 September, hujan turun di Kalimantan Barat, mengurangi jumlah hotspot menjadi 34, tambahnya.

Jumlah titik api di provinsi ini tahun ini dua kali lipat dari tahun 2015, tetapi dampaknya tidak seburuk yang terjadi pada tahun 2015, kata Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji.

Pada tahun 2015, kebakaran hutan yang menyelimuti Asia Tenggara dengan kabut tebal melepaskan jumlah terbesar karbon yang mengubah iklim sejak rekor kebakaran pada tahun 1997, menurut para ilmuwan.

Kebakaran hutan dan kabut asap yang diakibatkan meningkatnya tingkat polusi, menyebabkan sekolah tutup, penerbangan terganggu dan orang-orang jatuh sakit.

Tidak ada komentar