Kabut Asap Sergap Malaysia hingga Jepang


Berita tentang kabut asap di Malaysia yang memaksa sekolah ditutup sampai Jepang mengubah cara penulisan nama dalam bahasa Latin memeriahkan berita internasional pada hari Senin. Mulai minggu ini, semua sekolah di Sarawak, Malaysia, tidak beroperasi karena kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di wilayah tersebut. sekolah diminta untuk melaporkan ke kantor pendidikan kabupaten terkait tentang penutupan. Keputusan ini diambil setelah Indeks Polutan Udara di Malaysia dilaporkan melebihi 200 karena kebakaran lahan yang diduga berasal dari upaya pembukaan lahan. Sekolah dapat dibuka kembali ketika API di bawah 200, menurut pernyataan dari Departemen Pendidikan di Kota Sarawak. Meski begitu, surat edaran dari Departemen Pendidikan memastikan bahwa ujian sekolah terus dilakukan sesuai jadwal. Namun, dewan pengujian akan menunda ujian jika indeks API mencapai lebih dari 300. Sementara itu, situasi juga memanas di India sejauh pemerintah daerah harus memberlakukan jam malam karena bentrokan di Kashmir antara apara dan penduduk selama perayaan tahun baru Islam atau Muharam.

Bentrokan dimulai pada hari Sabtu, ketika para pejabat berusaha menghentikan perayaan Muharam di Kashmir. Dilaporkan oleh Reuters, sejumlah personil India dilaporkan menembakkan gas air mata ke arah massa yang bersikeras melanjutkan prosesi. Sejumlah pejabat setempat melaporkan bahwa setidaknya 12 warga dan 6 tentara terluka dalam bentrokan yang terjadi pada Sabtu malam ketika Muslim di Kashmir merayakan upacara bulan tradisional Muharam. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri India tidak dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi mengenai insiden tersebut. Namun, penasihat keamanan nasional India mengatakan pembatasan mobilisasi warga yang wajar diperlukan untuk menjaga keamanan dan perdamaian. Masih di kawasan Asia Pasifik, Jepang menarik perhatian karena kabarnya akan mengubah cara penulisan nama dalam bahasa Latin. Selama masa ini, Jepang mengadopsi cara penulisan nama-nama seperti budaya Barat, mis. Nama belakang. Tetapi sekarang, pemerintah Jepang telah memutuskan untuk menempatkan nama keluarga di awal setiap tulisan. Di era globalisasi ini, sangat penting untuk mengenali keragaman bahasa yang diproses oleh setiap manusia. Akan lebih baik untuk mengikuti tradisi Jepang ketika menulis nama-nama Jepang dalam huruf Latin, Menteri Pendidikan Jepang Masahiko Shibayama seperti dikutip oleh Japan Times, Senin.

Tidak ada komentar