Polisi: Kebanyakan Teroris Modus Operandi Identik Sebelum Serangan
Sebagian besar teroris mengikuti modus operandi yang sama yaitu tinggal sementara di rumah sewaan dan mengisolasi diri dari lingkungan sebelum melancarkan serangan, Kepala Kepolisian Sumatera Utara Insp. Jenderal Pol. Agus Andrianto menyatakan pada hari Jumat malam.
Dengan memahami perilaku pelaku, kepala polisi berharap orang menjadi lebih waspada setiap kali mereka menemukan beberapa orang asing yang tinggal di lingkungan mereka.
"Paling tidak yang bisa kita lakukan ketika kita mencurigai beberapa orang asing adalah melaporkannya ke petugas keamanan setempat," kata Andrianto setelah mengunjungi para korban yang terluka akibat serangan teror Medan di rumah sakit.
Andrianto percaya bahwa perang melawan terorisme dan ekstremisme bukan merupakan tanggung jawab kepolisian, melainkan kerja kolektif rakyat.
"Terorisme bukanlah tindakan agama, karena tidak ada agama yang mengajari kami (untuk saling menyerang)," katanya.
Upaya pemboman bunuh diri, yang diduga diluncurkan oleh seorang pria 24 tahun, yang diidentifikasi dengan inisialnya sebagai RMN, menargetkan markas besar Kepolisian Medan pada hari Rabu (13 November). Serangan teror itu mengakibatkan empat petugas polisi dan dua warga sipil cedera, meskipun tidak ada laporan yang diterima tentang korban fatal yang jatuh sakit.
Tak lama setelah kejadian, polisi melakukan penggeledahan rumah tersangka dan menanyai istri dan orang tuanya. Petugas polisi menyita beberapa barang bukti, termasuk dua keranjang hijau berisi belasan anak panah, sebuah tiang, dan beberapa dokumen di kediaman pribadi terdakwa.
Polisi saat ini sedang mencari ulama tak dikenal yang keberadaannya tidak ada. Ulama itu diduga bertanggung jawab untuk mengindoktrinasi RMN selama setidaknya enam bulan untuk mengubahnya menjadi ekstremis.
Post a Comment