Siswa Papua Menuntut Referendum Di Tengah Laporan Kematian Warga Sipil Di Papua


Tuntutan orang Papua untuk referendum tentang penentuan nasib sendiri menyebar ke Jakarta pada hari Rabu, di tengah laporan kematian warga sipil di Papua.

Ratusan siswa Papua turun ke jalan di Jakarta Pusat menyusul protes serupa di dataran tinggi Papua awal pekan ini.

Para pengunjuk rasa berbaris dari markas besar Angkatan Darat ke Istana Negara, membawa bendera Bintang Kejora yang dilarang, simbol gerakan kemerdekaan Papua.

Para siswa dan rakyat Papua telah sepakat untuk menyerukan referendum, kata koordinator protes Ambrosius selama rapat umum.

Selain referendum, para pengunjuk rasa juga menyerukan Gubernur Papua dan Papua Barat untuk memfasilitasi pengembalian siswa Papua kembali ke provinsi mereka.

Para siswa juga menuntut Kementerian Informasi dan Komunikasi mengangkat pemadaman internet yang diberlakukan pemerintah yang telah berlaku di provinsi paling timur negara itu sejak pekan lalu.

Ketika mereka sampai di depan Istana Negara, para pengunjuk rasa membakar ban dan menampilkan tarian tradisional Papua sambil melantunkan mantra. Kerumunan bubar secara damai sekitar pukul 5:30 malam.

Protes datang di tengah laporan bahwa warga sipil telah ditembak oleh pasukan keamanan selama demonstrasi antiracism di Kabupaten Deiyai, Papua. Saksi mata mengatakan bahwa enam pengunjuk rasa dikhawatirkan tewas dan setidaknya tiga lainnya terluka dalam insiden itu.

Pihak berwenang telah mengkonfirmasi bahwa satu tentara tewas dan setidaknya dua polisi terluka dalam insiden itu, tetapi belum mengkonfirmasi korban sipil.

Tidak ada komentar